Mahasiswa UPGRI Pontianak Olah Limbah Nanas Jadi Eco-Enzyme

Kubu Raya – Sebanyak empat mahasiswa Universitas PGRI Pontianak sukses melaksanakan Program Pelatihan Pembuatan Eco-Enzyme Berbahan Limbah Nanas, Rabu, 10 September 2025 di SMP Negeri 3 Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Kegiatan yang menjadi bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran ekologis (environmental awareness) serta tanggung jawab kewarganegaraan lingkungan (eco-citizenship) di kalangan siswa sekolah.
Pelatihan ini melibatkan empat mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Biologi, yaitu Amelia Putri Wardani, Melania Nadia, Anisa, dan Himli Maghfirah, di bawah bimbingan Nawawi, M.Pd.

Program ini menjadi bentuk nyata komitmen Universitas PGRI Pontianak dalam mendukung pendidikan berkelanjutan sekaligus mengimplementasikan Kurikulum Merdeka melalui pendekatan Project-Based Learning (PjBL).
“Kami ingin menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab setiap warga sekolah. Limbah nanas yang awalnya dianggap sampah kini bisa menjadi produk bermanfaat,” ujar Amelia Putri Wardani, ketua tim PKM-PM.
Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu pemberian materi di kelas, praktik langsung pembuatan eco-enzyme, dan evaluasi hasil kegiatan. Sebanyak 34 siswa ikut serta dan dibagi ke dalam lima kelompok.

Para siswa tampak antusias saat mengolah limbah kulit nanas menjadi eco-enzyme, cairan alami hasil fermentasi yang berfungsi sebagai pembersih, disinfektan, sekaligus pupuk organik cair.
Proses fermentasi dilakukan dengan perbandingan bahan 3:1:10 antara kulit nanas, gula merah, dan air, kemudian didiamkan selama 30 hari. Kepala SMP Negeri 3 Sungai Kakap, Sukasman, S.Pd., menyambut positif kegiatan ini.
“Anak-anak jadi lebih peduli lingkungan. Mereka belajar sains, karakter, dan tanggung jawab sosial sekaligus. Kami akan melanjutkan kegiatan ini sebagai proyek P5 tahunan sekolah,” ungkapnya.

Dari hasil evaluasi, 92 persen siswa mengalami peningkatan pengetahuan dan sikap ekologis berdasarkan angket yang disebarkan tim pengabdi.
Selain menghasilkan empat galon eco-enzyme, tim juga menyusun modul ajar proyek P5 yang akan digunakan guru dalam pembelajaran Kurikulum Merdeka.
Modul tersebut berisi panduan pembuatan eco-enzyme, lembar kerja siswa, dan refleksi nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila.
Dosen pendamping Nawawi, M.Pd., menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga membangun kesadaran ekologis jangka panjang bagi siswa.
“Kami ingin membangun budaya baru di sekolah, di mana siswa memahami bahwa limbah bisa menjadi sumber kebermanfaatan. Inilah langkah kecil menuju sekolah hijau dan masyarakat berkelanjutan,” ujarnya.
